Minggu, 29 September 2019

KOPPAJA : TOP 20 Community Kompak

komunitas peduli pendidikan anak jalanan bekasi
Tulisan ini aku buat untuk ikutan kompetisi nulis AslinyaLo di program kaskus dan menjadi TOP 20 KOMPAK (KOMunitas Paling Kamu). 

KOPPAJA adalah Komunitas Peduli Pendidikan Anak Jalanan. Komunitas yang fokus di bidang pendidikan ini telah ada di beberapa wilayah seperti Bogor, Jakarta dan Bekasi. Awalnya komunitas ini dibentuk karena rasa kepedulian kami terhadap lingkungan sosial, seringkali kami lihat masih banyak anak-anak di luar sana yang belum dapat kesempatan untuk bersekolah, salah satunya anak jalanan (pengamen/pemulung). Anak-anak kurang beruntung seperti mereka ini harus putus sekolah karena faktor ekonomi yang akhirnya menyebabkan mereka turun ke jalan untuk mencari nafkah.

KOPPAJA wilayah Bekasi resmi dibentuk pada februari 2012. Relawan yang bergabung dengan komunitas ini datang dari berbagai latar belakang dan profesi, tapi memiliki visi misi sama untuk terlibat dalam perubahan membantu mencerdaskan anak jalanan melalui pendidikan non formal secara gratis. Menurut kami, jalanan bukanlah tempat yang layak untuk tumbuh kembang anak apalagi usia mereka yang rata-rata masih di bawah umur. Mereka tidak hanya butuh di kasihani, di beri uang, di beri makan tapi mereka juga butuh pengetahuan dan pendidikan.

Pertama kali saya ikut gabung di KOPPAJA tepatnya agustus 2012. Awalnya kami mengajar di pelataran ruko sentra niaga yang berada di samping mall BCP (Bekasi Cyber Park). Di tempat belajar yang seadanya ini, relawan akan saling berbagi tugas dari mulai bawa tiker, alat tulis, papan tulis, buku-buku bacaan atau makanan ringan (snack) untuk anak didik. Kami selalu mengajar di hari minggu dari jam 1 siang sampai jam 4 sore. Saat waktunya belajar mereka akan datang sendiri ke tempat biasa kami menggelar tikar di depan ruko dekat pohon dan mereka akan menghampiri kami sambil berlarian dengan wajah ceria. Malah kalau mereka lagi semangat belajar, mereka lah yang akan menunggu kami lebih dulu. Tapi ada juga kondisi dimana kami harus menjemput mereka untuk belajar. Kami harus keliling mencari mereka entah itu di lapangan, pelataran ruko mall atau sekitaran lampu merah.

Kadang sebelum belajar kami akan menyuruh mereka mandi dan potong kuku supaya terlihat lebih bersih. Belajar dengan mereka memang butuh kesabaran, kadang saat belajar ada tukang jualan mainan atau makanan lewat, mereka akan langsung bubar buat jajan sebentar, belum lagi main lari-larian atau manjat pohon. Kurang nyamannya belajar di pelataran ruko itu ketika tiba-tiba hujan, jadi belajarnya mau nggak mau harus berhenti dulu sampai nunggu hujan reda. Sekarang tempat belajar kami sudah lebih nyaman. Rumah belajar KOPPAJA yang berlokasi di jalan agraria kayuringin bekasi ini juga di manfaatkan sebagai perpustakaan.

Jadwal kegiatan kami diadakan setiap hari jumat, sabtu dan minggu. Hari jumat untuk pendalaman materi agama sedangkan sabtu dan minggu untuk pelajaran umum sekolah. Anak didik ada 50 orang dengan 20 relawan aktif. Setiap minggunya relawan akan bergantian memberi materi untuk anak didik. Saat proses belajar kami akan membagi mereka dalam kelompok belajar dan menyampaikan materi dengan metode kreatif, seru dan asyik agar mereka lebih antusias dalam mengikuti pelajaran.

Kami berharap dengan menyediakan tempat untuk mereka belajar, kami dapat membantu mengurangi populasi anak jalanan agar tidak kembali lagi turun ke jalan. Komunitas kami pun bekerjasama dengan PKBM untuk mengikutsertakan anak didik dalam ujian paket kesetaraan. Selain kegiatan belajar mengajar relawan juga melakukan kegiatan positif seperti aksi peduli lingkungan, berbagi ramadhan, kelas inspirasi, gerakan gemar membaca dan banyak lainnya.


Motto 
“ Kami ada, Karena mereka “

Nah, buat kalian yang mungkin mau kepoin kegiatan kami atau mau ikutan gabung atau mau juga kenalan dan berbagi sama anak didik KOPPAJA, boleh banget. Silakan liat akun sosial media kami di :

instagram : @koppaja.bekasi
youtube : KOPPAJA Bekasi
facebook : KOPPAJA Bekasi Official
twitter : @KOPPAJABekasi

Jumat, 06 September 2019

KOMPAK : Berbagi hobi, Berkomunitas


Awalnya tahu ada program kaskus - KOMPAK (komunitas paling kamu) itu dari salah satu teman yang share info di grup komunitas. Pertama baca isi eventnya sih menarik, kita cuma di suruh nulis cerita tentang komunitas. Dan sedikit kepikiran mau ikutan karena aku emang suka nulis juga tapi aku orangnya nggak percaya diri jadi ya, agak males mau daftarnya.

Nah, akhirnya beberapa teman-teman di grup pada ngasih saran untuk aku ikutan dan setelah di pikir lagi yaudah lah ikutan. Anggap aja iseng-iseng berhadiah. Hehe. Lagian hadiah uangnya juga lumayan kan siapa tahu aja rezeki anak didik. Ada hadiah komunitas terbaik, komunitas terpilih dan komunitas favorit. Periode eventnya dimulai dari 18 maret 2019 dan aku baru posting tulisan sekitar akhir april itu juga nulisnya pas tengah malam. Soalnya lebih mood aja kalo mikir tengah malam.

Tanggal 17 juli baru dapat pengumuman via whatsApp kalau KOPPAJA masuk jadi TOP 20 Kompak. Lanjut tahap selanjutnya kami di kasih daftar pertanyaan mengenai komunitas
1. Siapa aja yang boleh jadi relawan ? Partisipasinya harus ngajar nggak ?
2. Selain kegiatan belajar mengajar, ada nggak kegiatan rutin lain di antara relawan ?
3. Keseruan apa aja yang bisa dialami saat jadi relawan pendidikan anak jalanan?
4. Gimana cara relawan bagi waktu tiap minggu ? Pasti punya kesibukan masing-masing
5. Apa nih yang mau di sampaikan pada anak-anak muda indonesia biar bisa ikut berpartisipasi dengan KOPPAJA ?
Dan tahap terakhir kami di suruh buat video profil komunitas dengan durasi maksimal 2 menit kemudian tinggal voting untuk merebutkan posisi 5 besar.

“ Belajar itu adalah sebuah proses yang berlangsung seumur hidup, dari semua orang kita bisa belajar. Seringnya anak-anak muda sekarang terlena dengan kehidupan finansial yang aman, dan serba berkecukupan. Namun abai pada kondisi anak-anak jalanan dengan hidup yang jauh dari standar kenyamanan yang kita pegang. Turunlah, keluar dari zona nyaman yang melekat pada diri kita. Cobalah untuk melihat, mendengarkan dan merasakan apa yang mereka alami sehari-hari. Bantu mereka untuk mengambil kembali hak-hak mereka yang terengut oleh ‘modernitas’ yang kita banggakan. Niscaya kita bisa melihat dunia dengan sudut pandang yang baru; sudut pandang yang berpihak pada mereka yang kurang beruntung dan tertindas. “